Air pegunungan berada di dataran yang tinggi, karena berada di dataran tinggi, maka air pegunungan akan mengandung oksigen yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang berada di dataran rendah. Sehingga air pegunungan sangat menyehatkan tubuh.
Untuk memanjakan tubuh kita dengan air pengunungan yang sejuk dan bersih anda dapat berkunjung ke Pantai Salju atau Pantai Bela di Kecamatan Bangun Purba, Deli Serdang, Sumatera Utara. Selain memanjakan tubuh, dapat juga memanjakan pemandangan alam desa lengkap dengan bebatuan. Ketika bertemu dengan pantai, sebenarnya bukanlah pantai laut, tapi karena air bersih dan sungainya luar, maka bibir sungai seperti bibir pantai. Akan tetapi, warga Bangun Purna menyebutnya pantai. Itulah sebabnya, tempat pemandian yang segar itu dinamakan Pantai Bela atau Pantai Salju.
Konon, dinamakan Pantai Salju
karena air yang mengalir dibatu-batu cadas memecah seperti salju.
Lucunya, warga Bangun Purba tidak pernah melihat salju. Karena air
memecah itulah dinamakan Pantai Salju.
Ketika pertama kali menginjak
kaki di bibir di tepian sungai yang bening dan sejuk itu,
ingin rasanya langsung menyeburkan diri ke dalamnya. Airnya yang begitu
bening menggoda untuk dinikmati. Ketika meredamkan tubuh sangat terasa
nikmatnya air pengungan itu. Serasa kulit tubuh dimanjakan. Maka, segera
menenggelamkan sekujur tubuh di dasar sungai sampai menyentuh pasir.
Karena masih asri, tempat ini pun
direkomendasikan bagi masyarakat Kota Medan, maupun Sumatera Utara,
atau pelancong yang doyan dengan air pengunungan dan suasana yang asri.
Untuk mencapai Pantai Salju terdapat di Desa Mabar, Kecamatan Bangun
Purba, kabupaten Deli Serdang. Dapat menempuh waktu dari Ibukota Deli
Serdang, Lubuk Pakam, sekitar 1 jam perjalanan. Dari Medan, untuk
mencapai Pantai Salju bisa menempu waktu 3 jam dengan kenderaan pribadi.
Pada hari-hari libur dan akhir
pekan tempat ini sering dijadikan masyarakat untuk tempat rekreasi dan
dapat mencapai ribuan orang. Namun pada hari biasa hanya sekitar belasan
atau puluhan orang yang datang ke tempat ini. Msayarakat yang
berkunjung tidak hanya pendududk setempat, namun ada juga yang datang
jauh-jauh dari luar kota.Fasilitas yang tersedia di tempat ini memang
kurang memuaskan karena kurangnya koordinasi pengelola tempat dengan
pemerintah daerah. Terlihat dipinggiran pantai terdapat beberapa
penduduk yang berjualan dan menyewakan ban atau pondok untuk tempat
beristirahat.
Pengelolaan Pantai Salju dan
Pantai Bela itu dilakukan oleh warga setempat dengan membayar Rp.15.000
atau kadang Rp.25.000 per mobil berikut orang yang didalamnya. Harga
tergantung nego dan tidak ada patokan yang resmi. Sementara di kawasan
tempat pemandian itu, tidak ada sentuhan taman atau tempat bermain bagi
anak-anak. Jangankan kembang, tempat wisata yang menjanjikan itu
dibiarkan begitu saja apa adanya.
Legenda Boru Sipitu-Pitu
Menyangkut keunikan dan
keanekaragaman bentuk bebatuan di bantaran Sungai Buaya ini, penduduk
memiliki kisah tersendiri. Menurut Bapak M. Bela Pane, asal muasal
bentuk bebatuan vulkanik yang menyerupai lubang untuk permainan congkak
itu dilandasi oleh legenda tentang Boru Sipitu-Pitu (Tujuh Putri).
Alkisah, dahulu kala ada sebuah
kerajaan di daerah itu yang dipimpin oleh raja bernama Purba Silangit.
Sang raja memilik 7 putri berparas cantik menawan, sehingga membuat
banyak pangeran tertarik ingin melamar ketujuh gadis itu.
Namun persyaratan yang diberikan
para gadis sangatlah berat. Si pelamar harus mampu mengalahkan ketujuh
putri melalui permainan congkak. Persyaratan ini dianggap nyaris tidak
mungkin, mengingat ketujuh putri Raja Purba Silangit sangatlah mahir
bermain congkak.
Pada suatu ketika, seorang
pangeran sakti datang dan menyatakan niatnya ingin melamar ketujuh putri
tersebut. Menyadari peluangnya kecil untuk mengalahkan mereka dalam
permainan congkak, maka sang pangeran merubah wujudnya menjadi seorang
pria buruk rupa yang seluruh tubuhnya dipenuhi kudis yang mengeluarkan
bau busuk.
Karena jijik melihat kondisi si
pelamar, ketujuh putri itu bermain congkak melawan sang pangeran sembari
membuang muka. Akibatnya sang pangeran dengan mudah dapat mengalahkan
ketujuh putri Raja Purba Silangit.
Menyadari kekalahannya, ketujuh
putri bermaksud ingkar janji dan melarikan diri dengan meminta sang
pangeran untuk menunggu mereka mandi ke sungai. Lama menunggu, pangeran
akhirnya menyadari dirinya telah ditipu. Karena marah, ia berlari
menyusul ketujuh putri ke sungai sambil membawa papan congkak.
Dengan kesaktiannya, ia melempar
papan congkak dan mengutuk ketujuh putri yang bersembunyi di sungai itu.
Ketujuh putri berikut papan congkak pun hilang dan menjelma menjadi
batu.
Kalau Anda penasaran ingin
membuktikan sendiri legenda itu, luangkan waktu Anda menghabiskan akhir
pekan ke Pantai Salju. Mudah-mudahan keunikan bebatuan serta deburan
buih putih bak salju pada jeram-jeram sungai akan menyuguhkan pesona
yang memancarkan keindahan paras Boru Sipitu-pitu, yang tentunya tak
mudah dilupakan.
1 comments:
Rute angkot ada ga?
Post a Comment